Jumaat, 13 November 2015

8 Pemimpin Paling Jahat Di Dunia :


Adolf Hitlerditetapkan Kanselir Jerman pada 1933, menjadi "Fuhrer" pada 1934 sampai bunuh dirinya pada 1945. Di akhir Perang Dunia 2, Kebijakan teritorial penaklukan dan pemusnahan rasialnya sudah membawa kematian dan penyiksaan jutaan orang, termasuk pembantaian sebanyak kira-kira enam juta orang Yahudi yang sekarang dikenal sebagai Holocaust.
Pada 30 April 1945, sesudah pertempuran hebat street-to-street , ketika tentara Uni Soviet terlihat dalam blok atau dua Reich Chancellory, Hitler bunuh diri, menembak dirinya sendiri sambil menggigit sebiji kapsul sianida. 



Ivan IV Rusia, juga dikenal sebagai Ivan yang Mengerikan, adalah Adipati Megah Muscovy dari 1533 sampai 1547 dan adalah penguasa pertama Rusia yang mengambil hak Kaisar.
Di tahun 1570, Ivan di bawah kepercayaan yang direncanakan oleh elite kota Novgorod untuk menyebrang ke Polandia, dan menyuruh seorang tentara menghentikan mereka pada 2 Januari. Tentara Ivan membangun tembok sekitar garis keliling kota untuk mencegah orang kota yang terlepas. Antara 500 sampai 1000 orang dikumpulkan setiap hari oleh tentara, lalu disiksa dan dibunuh di muka Ivan dan anak lelakinya. Di 1581, Ivan memukulnya penuh anak perempuan-di- undang-undang karena memakai pakaian yang tak sopan, menyebabkan keguguran.Anak lelakinya, yang juga bernama Ivan, beradu argumen dengan ayahnya.Yang menyebabkan Ivan yang memukul anak lelakinya di kepala dengan tongkat runcingnya, lalu anaknya tewas seketika.



Vlad III Rumania (juga dikenal sebagai Vlad Impaler) ialah Pangeran Wallachia tiga kali dari tahun 1448 sampai tahun 1476. Vlad lebih dikenal sebagai legenda penghukum yang sangat kejam. Dia memaksa selama pemerintahannya, dan dia juga dijadikan sebagai ilham pokok bagi karakter utama vampir"Bram Stoker" di populer Dracula baru. Di Rumania dia dianggap sebagai seorang pangeran dengan perasaan mendalam tentang keadilan. Daftar penyiksaan dia dinyatakan untuk sudah mempekerjakan ekstensif: kuku di kepala, memotong dahan, membutakan, pencekikan, dibakar, memotong hidung dan telinga, pemotongan organ seksual (khususnya di kasus wanita), menguliti kepala, menguliti, pembeberan sampai elemen atau ke binatang, dan mendidihkan oranghidup-hidup. Ada klaim bahwa atas beberapa kesempatan sepuluh ribu orang ditusuk di tahun 1460



Pol Pot adalah pemimpin Khmer Rouge dan Perdana Menteri Kamboja dari 1976 sampai 1979, sudah de fakto pemimpin sejak pertengahan 1975. Selama masa kekuasaannya, Pol Pot memaksakan versi ekstrim komunisme agraris di mana semua penduduk kota dipindahkan ke daerah pedalaman untuk bekerja di perkebunan kolektif dan proyek kerja paksa. Efek gabungan kerja budak, kekurangan gizi, perewatan kedokteran yang buruk dan pelaksanaan ditaksir untuk sudah membunuh sekitar 2 juta orang Kamboja (sekitar sepertiga penduduk). Rezimnya mencapai reputasi buruk istimewa karena memilih semua cendekiawan dan "kaum borjuis musuh" lain untuk pembunuhan. Khmer Rouge melakukan eksekusi masal di tempat yang dikenal sebagai "Ladang Pembunuhan". Yang dieksekusi dikubur di kuburan masal. Untuk menghemat amunisi, eksekusi sering dillakukan memakai palu, tangkai kampak, sekop atau tongkat bambu yang diasah. 



Leopold II ialah Raja Belgia dari 1865-1909.
Dengan bantuan keuangan dari pemerintah, Leopold membuat "Congo Free State", proyek pribadi yang dilakukan untuk menyadap karet dan gading di daerah Kongo Afrika tengah, yang mengandalkan kerja paksa dan menyebabkan kematian sebanyak sekitar 3 juta orang Kongo. Rezim Negara Bagian Bebas Kongo menjadi salah satu skandal internasional peralihan abad yang lebih terkenal keburukannya. Bidang tanah secara pribadi dimiliki oleh Raja adalah 76 kali lebih besar daripada Belgia, yang dia bebas menguasainya sebagai lingkup pribadi lewat tentara pribadinya, Force Publique. Pekerja perkebunan karet milik Leopold disiksa, memuntungkan dan membunuh secara kejam sampai di akhir abad, atas hati nuran,i Dunia Barat lalu memaksa Brusel untuk mengadakan perhentian.



 Idi Amin adalah seorang perwira tentara dan presiden Uganda. Dia mengambil tenaga di kup militer pada Januari 1971, menurunkan Milton Obote. Kekuasaannya ditandai oleh pelanggaran hak asasi, penindasan politik, penganiayaan etnik, pembunuhan pengadilan ekstra dan pengusiran orang India dari Uganda.
Jumlah orang yang dibunuh akibat rezimnya tak dikenal; perkiraan bervariasi dari 80.000 sampai 500.000. Pada 4 Agustus, 1972, Amin mengeluarkan dekrit yang memerintahkan pengusiran ke60.000 orang Asia yang tidak adalah warganegara Uganda (kebanyakan dari mereka memuat paspor Inggris). Ini nanti diperbaiki untuk memasukkan ke80.000 orang Asia, dengan kekecualian profesional, seperti dokter, pengacara dan guru. Amin akhirnya digulingkan, tetapi sampai kematiannya, dia memegang bahwa Uganda perlu dia dan dia tidak pernah mengungkapkan penyesalan yang dalam untuk penyalahgunaan rezimnya. 



Maximilien Robespierre adalah seorang pemimpin revolusi Perancis dan adalah argumennya yang membuat pemerintah revolusioner membunuh raja tanpa pemeriksaan pengadilan.
Robespierre adalah satu aktor utama di balik pemerintahan yang bengis, 10 bulan sejak pasca-revolusioner ia menyebabkan terror dan eksekusi masal. Teror itu mengancam antara 18.500 sampai 40.000 orang, dengan 1.900 dibunuh pada bulan terakhir.
Di antara orang yang dihukum oleh pengadilan revolusioner, sekitar 8 persen adalah ningrat, kependetaan sebanyak 6 persen, kelas menengah sebanyak 14 persen, dan 70 persen sisanya karyawan atau buruh taniyang dituduh melakukan penimbunan, menolak wajib militer, desersi, pemberontakan, dan lain mengaku kejahatan. Atas perbuatannya, Robespierre dipenggal kepalanya dengan tidak melalui pemeriksaan pengadilan pada 1794.



Attila adalah Raja orang Hun dari tahun 434 sampai kematiannya di tahun 453. Dia ialah pemimpin Hunnic Empire yang terbentang dari Jerman ke Sungai Ural dan dari Sungai Danube ke Laut Baltic. Di bagian terbesar Eropa Barat, dia diingat sebagai contoh kekejaman dan keserakahan. Kampanye gagal di Parsi diikuti di tahun 441 oleh serbuan Kekaisaran Timur Roma, keberhasilan di antaranya memberanikan Attila untuk menyerbu Barat. Dia melewati Austria dan Jerman tanpa terhalang, di seberang Rhine ke dalam orang Gael, ia merampas dan membinasakan semua orang di jalan dengan keganasan tak serupa di rekor serbuan orang biadab dan memaksa yang itu dia mengatasi untuk menambah tentara sangat besarnya. Attila mati tenggelam di darahnya sendiri atas perkimpoiannya malam.
 Tragedi Terminal Feri Runtuh 31 Julai 1988


Liputan Buletin Utama mengenai kejadian tersebut. Pelantar Pangkalan Sultan Abdul Halim runtuh ragut 32 nyawa, cederakan 1,700 mangsa.

Sudah lebih 23 tahun (1988-2011) berlalu sejak pelantar terminal feri Pangkalan Sultan Abdul Halim, Butterworth, Pulau Pinang, runtuh.

Suasana tenang dengan tiupan lembut bayu laut sesekali mengutuskan kedamaian di kawasan sekitar terminal itu ketika ini; kebanyakan pengunjung terutama generasi muda mungkin leka memerhatikan panorama indah sekitar kawasan berkenaan sementara menantikan feri merapati jeti.
Mereka mungkin tidak menyedari apa-apa, tidak mengetahui yang sekitar 18 tahun lalu, terminal feri itu menjadi saksi tragedi hitam yang mengorbankan 32 nyawa serta mencederakan kira-kira 1,700 mangsa lain.

Pelantar jeti yang dibina pada 1956 itu runtuh dipercayai akibat terlalu berat untuk menampung beban kemasukan ribuan pengunjung yang ingin menyeberang ke Pulau Pinang sejak pagi hari kejadian.

Dari Stesen Bas Butterworth sehingga ke kawasan jeti yang terletak bersebelahan, ribuan orang sudah bersesak untuk menaiki feri; mereka ingin menyeberang untuk melihat perarakan, yang antaranya mempamerkan patung besar Buddha yang dikatakan hanya diarak setiap 60 tahun sekali.

Hari itu adalah hari keraian di Pulau Pinang, dua perayaan masing-masing diraikan penganut Kristian dan Buddha disambut pada waktu sama.

Di bahagian pulau, sambutan perayaan Kwan Yin (Dewa Pemurah) pada malam 31 Julai yang diadakan sekali setiap 60 tahun mengundang puluhan ribu penganut Buddha tempatan dan luar negara seperti Singapura, Hong Kong dan Taiwan. Manakala di Bukit Mertajam, Seberang Prai; pula penganut Kristian merayakan sambutan Pesta St Anne.

Keadaan itu menyebabkan jambatan Pulau Pinang ditutup kepada kenderaan awam untuk mengelakkan kesesakan ketika perarakan berlangsung menjadikan satu-satunya pintu masuk ke Georgetown ialah feri.

Bagi mereka yang ingin ke pulau, kehadiran pengunjung yang dianggarkan lebih 10,000 orang memaksa pihak bertanggungjawab menutup pintu masuk ke kawasan terminal dan ia dikawal pasukan keselamatan lantaran sudah terlalu sesak.

Kawasan untuk pejalan kaki di tingkat satu terminal turut ditutup tetapi suasana orang yang terlalu ramai menyebabkan polis yang berkawal ketika itu tidak dapat menyekat kemasukan mereka dalam suasana bersesak-sesak.

Keadaan mulai menjadi kelam kabut apabila feri dari Pulau Pinang mula merapati jeti dengan orang ramai yang berada di terminal berkenaan terus meluru ke hadapan. Tidak lama selepas itu, kawasan berkenaan bergegar dan pelantar jeti mulai runtuh seterusnya bermulalah permulaan bagi babak tragedi hitam itu.

Peristiwa itu dengan cepat mendapat liputan media massa dalam dan luar negara malah ia menjadi detik bersejarah dalam rentetan tragedi demi tragedi yang tercatat berlaku negara ini.

Kini, mungkin generasi muda termasuk yang dilahirkan di Pulau Pinang sudah tidak mengingati lagi kejadian itu. Masakan tidak, 18 tahun terlalu cepat meniti waktu; seorang bayi ketika itu juga sudah berubah menjadi dewasa.

Bagaimanapun, bagi mereka yang terbabit dalam kejadian berkenaan, setiap kali melalui kawasan itu; perasaan gerun, sedih dan pilu mungkin masih menyelubungi mereka seolah-olah ia akan terus kekal sebagai kenangan pahit dalam ingatan masing-masing, sepanjang hayat mereka.

This image has been resized. Click this bar to view the full image. The original image is sized 860x1183.



Tergamam lihat jeti runtuh hempap beribu manusia


Kelihatan kenderaan yang remuk teruk dihempap pelantar terminal feri yang runtuh

Tiba-tiba saja penduduk berdekatan terminal feri Pangkalan Sultan Abdul Halim di Butterworth, Pulau Pinang tergamam!

Satu bunyi kuat yang memenuhi ruang udara kawasan itu sekitar jam 4.40 petang pada 31 Julai 1988, serta merta menyebabkan pandangan mereka teralih ke arah terminal berkenaan dan sebaik menoleh, mereka tergamam melihat kejadian yang sama sekali tidak disangka.

Pelantar menunggu feri di jeti itu roboh! Beribu-ribu orang yang bersesak di atas pelantar setinggi lima meter itu tergelongsor jatuh manakala tiang dan kayu binaan berat menghempap jasad masing-masing!

Sedetik kemudian, bergema suara jeritan ribuan mangsa yang kesakitan termasuk kanak-kanak, wanita dan warga tua. Suasana mula bertukar kelam-kabut, masing-masing hilang punca dan cemas.

Ramai mangsa terperangkap dihempap kayu pelantar. Jasad terbaring di mana-mana dan darah terpercik ke merata arah. Berpuluh mangsa terjatuh, maut di situ juga.

Bunyi riuh rendah dan hingar dan kalut apabila orang ramai kelam-kabut ingin keluar segera dari kawasan berkenaan kerana menyangka pelantar itu akan terus runtuh dan tenggelam di dalam air.

Pelbagai pemandangan ngeri dan menyayat hati kelihatan di tapak runtuhan itu. Seorang pekerja jeti yang sebelum itu sibuk melarang orang ramai memasuki kawasan berkenaan kerana sudah terlalu sesak, kelihatan tertiarap dihempap tiang terminal sebesar pemeluk.

Dada pekerja itu sudah menjadi leper dan tidak boleh digerakkan sama sekali, cuma kepalanya saja tertoleh ke kiri ke kanan dan meminta tolong dengan suara yang amat sayu.

Dari satu sudut lain, kelihatan kejadian ngeri apabila ada mangsa yang terputus kaki malah tulang keringnya jelas kelihatan.

Seorang pelancong yang sebelum itu sibuk dengan kamera videonya merakam pemandangan kesesakan pengunjung yang ingin memasuki Pulau Pinang bagi menyertai keraian di sana, dilihat berlumuran darah di kepalanya, mungkin akibat terhantuk ketika gegaran berlaku.

Ada juga mayat dalam keadaan amat mengerikan, tulang mereka patah-riuk seakan-akan boleh dipusing semua sendinya dengan mudah. Darah di merata tempat.

Seorang lelaki berjaya bergayut pada papan di tingkat satu, tetapi seorang lagi bergayut di kaki lelaki tadi. Akhirnya, tanpa dapat menampung beban berat, kedua-dua lelaki itu jatuh ke tingkat bawah iaitu di kawasan kenderaan dan cedera parah.

Kelihatan juga seorang mangsa yang berlumuran darah berlari terhoyong-hayang meminta tolong.

Keadaan muka kebanyakan orang yang berada dalam kawasan kejadian itu juga agak hitam kerana terkena habuk dan sawang yang jatuh dari atas bumbung.

Apabila lebih ramai orang mulai pulih daripada keadaan panik, mereka yang berada di tingkat atas mulai berteriak memberi semangat dan kata-kata perangsang kepada mereka yang berada di tingkat bawah, khususnya mereka yang tidak dapat bergerak kerana tersepit di celah runtuhan kayu dan kenderaan.

Beberapa pihak yang terselamat dan pihak yang berada berhampiran mula bergegas ke tempat runtuhan bagi menghulurkan pertolongan.

Seorang lelaki yang tidak luka mendukung seorang wanita tua yang cedera manakala belakangnya pula mendukung seorang kanak-kanak lelaki. Dengan dua mangsa itu, dia terus meluru keluar ke tempat selamat bersama ribuan mangsa lain.

Pasukan penyelamat tiba di kawasan tragedi beberapa ketika kemudian. Pihak yang terselamat dan pihak berkuasa segera menerpa dan mengangkat mangsa yang terkorban. Ada yang mengangkat mayat terperangkap dalam kejadian itu sambil menitis air mata mengenangkan korban yang begitu banyak.

Stesen bas Butterworth penuh dengan mangsa yang berjaya diselamatkan. Mereka menenangkan diri di situ, selepas berjaya keluar dari lokasi tragedi. Tidak seperti kawasan lokasi yang terletak berhampiran, suasana di stesen bas itu hening.

Ramai memilih untuk tidak mengeluarkan suara sebaliknya terus termenung seolah-olah masih tergamam dengan kejadian tidak disangka itu. Dalam keheningan, satu kejadian hitam dicatat dalam sejarah tragedi negara ini, pada hari itu.


Punca Kejadian di Pengkalan Sultan Abdul Halim



Puncanya kesesakan teruk di Pengkalan Sultan Abdul Halim ini kerana ada dua perayaan serentak melibatkan kaum Cina iaitu Pesta Dewi Kwan Yin di Georgetown dan sambutan ulang tahun Gereja St Anne di Bukit Mertajam, Pulau Pinang.

Perarakan kereta berhias diadakan di Padang Kota Lama dan di Padang Kota Baru serta melalui jalan-jalan utama di bandar Georgetown.

Patung-patung puteri dewi ini diarak di sepanjang jalan berlampu warna-warni di tengah-tengah bandar raya pada hari Ahad malam 31 Julai 1988.

Penganut agama Buddha dari kalangan kaum Cina terpanggil untuk hadir kerana ia diadakan 60 tahun sekali saja mengikut kalendar Cina (sekali seumur hidup) dan perayaan ini dipercayai membawa tuah kerana Kwan Yin bermaksud ‘Dewi Pemurah’ . Pelancong dari Singapura, Hong Kong dan Taiwan turut datang ketika itu.

Gereja St Anne di Bukit Mertajam juga mengadakan pesta besar-besaran sempena ulang tahunnya. Ramai kaum Cina menganut agama Kristian berdoa di gereja ini pada pagi Ahad dan petangnya mereka bergerak ke Pulau Pinang untuk melancong dan melakukan upacara keagamaan Buddha.

Jambatan Pulau Pinang yang dibuka pada 1985 tidak dapat menampung kenderaan awam. Ramai yang memilih ke pulau untuk menikmati keindahan Selat Butterworth, menikmati keindahan matahari merah terbenam dan seterusnya berjalan kaki ke Padang Kota.

Pangkalan Sultan Abdul Halim dibina pada 1956 tidak mampu menampung ‘serbuan’ 10,000 penumpang. Tiangnya daripada besi kongkrit sementara lantai dari papan tebal. Gelegar lantai, pagar dan dinding daripada besi tumpat, melintasi ruang laluan kereta di sebelah bawah.

Pangkalan ini ada dua tingkat. Tingkat bawah untuk laluan kenderaan yang keluar dan masuk. Tingkat atas pula untuk laluan penumpang dari Stesen bas Butterwoth – keluar dan masuk.

Jam 4.40 petang itu, gelegar besi jambatan terminal bengkok dan patah. Lantai-lantai papan turut roboh. Dinding besi dan bumbung roboh ke bawah. Penumpang bahagian atas menggelongsor dan terhimpit oleh tiang dan pelantar papan. Kenderaan di bawah remuk.
__________________